
BIZNEWS.ID, Jakarta - Empowher Community mengadakan webinar pertamanya dengan platform Zoom dengan judul “Lingerie for The Soul: Kalau tubuh ini bisa bicara, apa yang dia ceritakan kepadamu?” dengan para speaker Perempuan yang sudah ahli di bidangnya, yaitu Ida Swasti – Founder & CEO Nipplets & Gthings, Nurchayati, S.PSI, PSI – Psikolog, Clarra Debora – Content Creator/Plus Size Model, dan dipandu oleh Master of Ceremony (MC) Steffani Liwang – Professional MC & VO Artist.
Webinar dibuka oleh MC, Clarra Debora sebagai speaker pertama memaparkan bagaimana awal mula karirnya sebagai plus size model, yang dimulai dari aktif social media yang terinspirasi dari model plus size seperti Ashley Graham. Pada tahun 2017 Clarra berani menceburkan dirinya sendiri di industri model dengan berani menghadapi resiko issue sensitif yang ada di Indonesia, yang pada saat itu menjadi plus size model masih belum familiar di Indonesia. Buat Clarra “aku harus menerima diri aku sendiri dahulu, selalu memprioritaskan diri aku tapi bukan egois, karena banyak tekanan dari keluarga dan orang luar.”
Clarra pun merasakan perasaannya saat menggunakan lingerie, bahwa ada energi sexy yang muncul pada dirinya, yaitu sexy elegant yang boost confidence ke next level. Clarra menutup sesinya dengan membaca puisi “be your own home, it’s okay not to be perfect but it is a must to be honest and be your truly self. Be obsess to yourself, ‘cause who else?” dan Clarra berharap bisa terus memberikan dampak, walaupun sedikit tapi dengan target market yang tepat.
Dilanjurkan dengan speaker ke 2 yaitu Nurchayati, S.PSI, PSI dengan teori psikolog yang mengajak peserta untuk mengenal diri sendiri yang beragam dan unik. Kemudian eksplore dengan mengenai diri dari ciri fisik bahwa dari kurangnya fisik ada kelebihan yang bisa menutupi kekurangan yang lain, keterampilan yang dikuasai, cita-cita, bagaimana aku ingin diperlakukan, dan apa yang membuat nyaman atau tidak.
“Menerima bukan berarti menyukai, menerima berarti menghayati tanpa penolakan atau pengingkaran bahwa kenyataan tetap kenyataan,” ungkap iu Nur. Di akhir sesinya bu Nur mengajak peserta untuk merefleksikan diri dengan pertanyaan bagaimana aku memandang diriku saat ini? Bagaimanakah selama ini aku mengatur dan menjalani segala peranku? Aku sangat menyayangi diriku sendiri ketika aku? Satu hal kuperlukan untuk belajar menerima adalah? Dan ditutup dengan quotes “bahkan bunga yang berguguranpun mampu menjadi penghias untuk Bumi, apalagi kamu… Semua punya arti baik, kamu cuma harus punya perspektif positif.”
Speaker terakhir adalah Ida Swasti sebagai founder & CEO Nipplets & GThings, Ida bercerita bagaimana berproses dengan brand-nya yaitu Nipplets yang sudah berjalan selama 9 tahun yangawalnya tidak punya jati diri dan akhirnya bisa menerima diri sendiri. Terinspirasi dari lingerie yang dipakainya pertama kali, Ida melihat bahwa ada energi dan kepercayaan diri lebih yang muncul dan bagian journey dari membangun brand Nipplets. Menurut Ida lingerie selama ini punya stigma untuk laki-laki, Ida bersama Nipplets mendobrak stigma ini bahwa lingerie bukan pemuas hasrat laki-laki, tapi untuk peremuan memuaskan dirinya dan menerima dirinya sendiri. Dengan nama campaign real real people real body, nggak bisa menerima dirinya sendiri, selalu merasa kurang, jadi mendobrak ketabuan, menggeser narasi dari objek visual sebagai simbol intimacy dan respect, dan di sini perempuan nggak butuh izin untuk merasa nyaman. “Campaign Real People Real Body adalah believes dari Nipplets, kalau ditarik dari sisi marketing adalah branding. Pada jaman body positivity ini naik, brand melakukan hal yang sama, tapi banyak brand yang sudah tidak menyuarakan karena adalah marketing, tapi Nipplets tetap komitmen menyuarakan yang sama, karena Nipplest support perempuan di Indonesia untuk support her body.”
Ida pun menambahkan, bahwa Nipplest berawal bukan dari produk tapi masalah apa yang ingin diselesaikan, awalnya memang lingerie tapi sekarang yang dijual adalah essentials yang masih dalam kategori lingerie dengan berbagai macam bentuk body dari kebutuhan body ukuran A sampai plus body. Karena setiap campaign yang lahir dari keresahan yang nyata.
“Kita juga suka kumpul dengan komunitas 3 bulan sekali dan menjalin two ways commucation dari Nippltes untuk mereka. Peremuan harus nyaman dengan dirinya sendiri yang dimulai dari pakaian dalam, maka dari itu Nipplets memberikan solusi untuk mereka, dan buat Nippltes ini adalah women empowerment yang paling fullfiled” tutup Ida.
Latar belakang webinar:
Di Indonesia, pembicaraan seputar lingerie dan tubuh perempuan masih dibalut stigma. Banyak perempuan tumbuh tanpa benar-benar berdamai dengan tubuh mereka sendiri karena standar kecantikan yang tak realistis, tekanan sosial, dan narasi yang membuat mereka merasa harus “menutupi” diri demi diterima.
Menurut survei Dove, 84% perempuan Indonesia merasa tidak percaya diri. Angka ini menunjukkan adanya kebutuhan mendesak untuk membangun budaya yang mendukung penerimaan diri, keberanian, dan kebebasan mengekspresikan diri secara positif dari dalam ke luar.
LEAVE A REPLY