
Keterangan Gambar : Dokter Mata Kering dan Lensa Kontak, JEC Eye Hospitals and Clinics, Dr. Niluh Archi S. R., SpM (tengah) didampingi Head of Marketing and Communication Division JEC, Mubadiyah Diah (kanan) dalam JEC Eye Talks bersama para jurnalis di Jakarta, dengan fokus bahasan: “Waspada Mata Kering pada Anak!”, Selasa (30/7).7).
Biznews.id - Jakarta - Sebagai eye care leader di Indonesia, JEC Eye Hospitals and Clinics, tak henti-henti menyosialisasikan kepada masyarakat terkait ragam gangguan mata, satu di antaranya mata kering. Ini karena penderita gangguan mata yang di antaranya dipicu penggunaan perangkat elektronik berlayar secara kontinu dengan durasi lama, jumlahnya terus meningkat.
Terkait sosialisasi mengenai mata kering ini, JEC Eye Hospitals and Clinics telah menggelar deretan aktivitas Peringatan Bulan Kesadaran Mata Kering 2024 (sepanjang Juli), seperti gelar wicara radio hingga edukasi dari kantor ke kantor. Dan sebagai penutup rangkaian, JEC kembali melaksanakan JEC Eye Talks bersama para jurnalis di Tanah Air, dengan fokus bahasan: “Waspada Mata Kering pada Anak!”, Selasa (30/7).
Dalam acara yang berlangsung daring itu, diungkapkan bahwa Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 menunjukkan sebanyak 36,99 persen anak-anak Indonesia berusia 5-15 tahun sudah memainkan ponsel. Bahkan, 38,92 persen anak berusia 0-6 tahun di Indonesia telah menggunakan telepon seluler. Ini menegaskan paparan layar gawai sudah terjadi sejak kanak-kanak.
Laporan “Revealing Average Screen Time Statistics” dari Backlinko mendapati rata-rata waktu tatap layar atau screen time masyarakat Indonesia mencapai 7 jam 38 menit per hari. Padahal penggunaan perangkat elektronik berlayar secara kontinu dengan durasi lama, berisiko buruk pada kesehatan.
Salah satu yang umum adalah mata kering! Kerap tak disadari penderitanya, mata kering yang tidak segera ditangani bisa menimbulkan peradangan sehingga mengakibatkan kerusakan permukaan mata, yang bersifat ringan hingga berat, temporer atau permanen. Anak-anak pun tak luput dari ancaman mata kering ini!
Dokter Mata Kering dan Lensa Kontak, JEC Eye Hospitals and Clinics, Dr. Niluh Archi S. R., SpM mengungkapkan bahwa screen time berlebih akan memengaruhi dinamika berkedip anak, seperti berkurangnya frekuensi dan kelengkapan berkedip.
"Kondisi ini dapat meningkatkan kekeringan permukaan mata yang seiring waktu berpotensi memulai siklus dry eye. Meskipun tidak ada perbedaan mata kering berdasarkan usia, tetapi proses anamnesis pada pasien anak lebih sulit ketimbang pasien dewasa. Anak seringkali belum bisa mendeskripsikan keluhan yang dirasakan secara verbal. Ini yang menjadi tantangan," jelas wanita yang akrab disapa dr. Manda ini.
Bersifat multifaktorial, lanjut Manda, dry eye merupakan penyakit atau kelainan pada permukaan mata yang ditandai hilangnya keseimbangan komponen air mata, adanya ketidakstabilan air mata, peningkatan kekentalan atau osmolaritas, dan kerusakan atau peradangan pada permukaan mata.
Gejala yang dirasakan penderita dry eye umumnya dimulai dengan mata yang tidak nyaman - seperti mengganjal, sering merah, berair, terasa kering, sensasi berpasir, muncul kotoran, terasa lengket, serta kerap mengucek mata.
“Di sini kepekaan orang tua sangatlah krusial! Orang tua harus tanggap dan kritis jika mendapati anak mulai menunjukkan gejala-gejala mata kering. Termasuk segera memeriksakan ke dokter mata. Lebih dari itu, orang tua harus tegas memberlakukan batasan screen time kepada anak," harap Manda.
Berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), anak di bawah 1 tahun dilarang menatap layar gawai. Untuk anak usia 1-3 tahun, screen time tidak boleh lebih dari 1 jam - dengan beberapa catatan. Khusus batita 1-2 tahun hanya boleh menatap layar yang berupa video chatting (untuk berkomunikasi).
Bagi anak usia 3-6 tahun (pra-sekolah), waktu screen time maksimal adalah satu jam per hari, dan semakin singkat semakin baik. Untuk anak usia 6-12 tahun (masa sekolah), screen time yang disarankan adalah maksimal 90 menit per hari. Untuk anak usia sekolah 12-18 tahun (sekolah menengah), waktu screen time tidak lebih dari 2 jam per hari.
Sayangnya, realita screen time anak masih jauh dari rekomendasi ideal tersebut. Sebagai gambaran, sebuah studi di Korea justru memperlihatkan bahwa 9,1 persen anak-anak berusia 9-12 tahun telah mengalami gangguan mata kering.
Penggunaan ponsel pintar menjadi faktor pemicu. Anak-anak yang mengalami mata kering ternyata menggunakan ponsel pintar rata-rata selama 3,18 jam per hari. Sejalan penelitian itu, studi lain di Perancis juga mendapati bahwa anak berusia 7 hingga 19 tahun menghabiskan lebih dari 3 jam per hari untuk menatap layar.
Catatan JEC sendiri, di dua cabangnya (RS Mata JEC @ Kedoya dan JEC @ Menteng), selama 2022 terjadi lonjakan pasien dry eye sebesar 62 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Secara jumlah, dalam kurun empat tahun terakhir (2019-2022), JEC telah menangani lebih dari empat ribu pasien gangguan mata kering.
“Jika tidak segera ditangani, kondisi dry eye kronis dapat mengakibatkan peradangan atau infeksi pada konjungtiva, peradangan pada kornea, ulkus kornea atau luka terbuka pada kornea. Dampak lanjutan mata kering yang belum tertangani tak jarang berupa pandangan kabur - yang membuat anak kesulitan membaca," tegas Manda.
Pada kesempatan sama, Head of Marketing and Communication Division JEC, Mubadiyah Diah, menjelaskan bahwa
selain sosialisasi untuk peningkatan kesadaran masyarakat, dari sisi layanan, JEC telah memiliki solusi layanan terpadu mata kering, yaitu JEC Dry Eye Service.
"Diperkuat fasilitas lengkap dan teknologi modern, sentra ini menawarkan layanan menyeluruh bagi pasien mata kering, termasuk anak-anak; mulai dari tahapan edukasi dan konsultasi, diagnostik, serta tindakan medis berupa terapi dry eye," jelas Mubadiyah.
Melalui Bulan Peringatan Mata Kering, sekaligus dalam rangka Hari Anak Nasional, JEC berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kelainan mata kering yang semakin banyak ditemui pada anak-anak.
"Terlebih mengingat penggunaan gadget elektronik yang tak bisa dihindari dan berlangsung terus menerus. Mendukung itu, kehadiran JEC Dry Eye Service juga menjadi penguatan komitmen JEC Eye Hospitals & Clinics untuk terus berkontribusi mengoptimalkan penglihatan sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat di Tanah Air,” tutup Mubadiyah, S.Psi, MM.(Dens)
LEAVE A REPLY