
Keterangan Gambar : Menpora Dito Ariotedjo (rompi merah) bersama Ketua NOC Indonesia Raja Sapta Oktohari (kedua dari kanan), Ketua KONI Pusat Marciano Norman (kedua dari kiri) dan Ketua BAKI Mohamad Idwan Ganie (kanan).
Biznews.id - Jakarta - Dunia olahraga Indonesia mencatat sejarah kemajuan dengan resminya memiliki Badan Arbitrase Keolahragaan Indonesia (BAKI). Kehadiran BAKI diharapkan menyelesaikan seluruh persoalan olahraga, terutama soal dualisme kepemimpinan organisasi yang diselesaikan di pengadilan tata usaha negara atau pengadilan tinggi lainnya.
"Ini sebuah langkah maju yang tidak hanya untuk memenuhi amanat undang-undang tetapi juga menegaskan komitmen kita terhadap kepastian hukum di dunia olahraga," kata Menpora Dito Ariotedjo dalam konferensi pers di Media Center Kemenpora Jakarta, Jum'at (18/10).
Turut hadir dalam acara ini antara lain Ketua NOC Indonesia Raja Sapta Oktohari, Ketua KONI Pusat Marciano Norman, dan Ketua BAKI Mohamad Idwan Ganie.
BAKI adalah lembaga tunggal yang berperan menyelesaikan semua permasalahan dan sengketa dalam bidang olahraga di Tanah Air. Menpora menegaskan kehadiran BAKI merupakan momentum bersejarah bagi olahraga Indonesia, terutama masa depan penyelesaian seluruh masalah olahraga di Indonesia. Ke depan tidak akan ada lagi dualisme kepemimpinan organisasi yang diselesaikan di pengadilan tata usaha negara atau pengadilan tinggi lainnya. Semua masalah olahraga diselesaikan dalam satu meja yaitu BAKI.
Dito mengatakan, meskipun pembentukan BAKI dilakukan pada akhir masa jabatannya sebagai Menpora dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo periode 2019-2024, tetapi pihaknya tetap menyambut terbentuknya BAKI yang menjadi badan arbitrase keolahragaan tunggal di Indonesia.
Hadirnya BAKI sebagai kesepakatan seluruh unsur keolahragaan di Indonesia, seperti KONI, KOI, NPCI, BAORI, BAKI, organisasi olahraga fungsional, dan organisasi olahraga profesional setelah melalui dialog panjang sejak 2023.
Dito menyebutkan, tantangan terbesar penyatuan di lembaga arbitrase tersebut adalah faktor historis dan karakteristik perkara yang ditangani. Sebelumnya, ada dua forum penyelesaian sengketa keolahragaan yaitu Badan Arbitrase Olahraga Indonesia (BAORI) dan BAKI. Bamun sekarang hanya melalui BAKI.
"Tetapi ini bukan soal menang atau kalah atau mana yang lebih diutamakan, tetapi yang utama adalah akses seluruh stakeholders memiliki forum yang jelas dalam menyelesaikan sengketa yang ada sesuai undang-undang," ujar Dito.
Hadirnya BAKI ini mewujudkan satu forum penyelesaian sengketa keolahragaan yang efisien dan adil. Oleh sebab itu, BAKI juga akan mengakomodir pengurus BAORI dalam kepengurusan BAKI yang baru disesuaikan aspek profesionalitas dan kapabilitas untuk kader-kader BAKI.
"BAKI harus memainkan peranan strategis dalam kemajuan olahraga nasional karena yang sangat tergantung pada infrastruktur pendukungnya termasuk kepastian hukum kepada semua pihak terkait," tambah Dito.
Ketua BAKI Mohamed Idwan Ganie mengatakan, setelah penunjukan sebagai badan arbitrase keolahragaan tunggal, BAKI akan menjalankan tugas sepenuhnya sesuai yang diamanatkan undang-undang.
"BAKI akan terus mengedepankan kepastian hukum, integritas, dan independensi, serta azas-azas akses terhadap keadilan serta proses yang cepat dengan biaya yang ringan," kata Idwan.
"BAKI sekarang dan nanti akan tetap menjadi badan yang dikelola secara independen meskipun BAKI menerima dukungan dan difasilitasi pendiriannya oleh Kemenpora," tegasnya.
Sementara itu Ketua KONI Marciano Norman menyatakan pihaknya akan melikuidasi Badan Arbitrase Olahraga Indonesia (BAORI) yang ada di bawah wewenang KONI Pusat. BAORI akan dibubarkan dan akan memberikan stafnya yang memiliki kemampuan dalam bidang hukum untuk membantu BAKI sehingga semua menjadi satu badan. (Dens)
LEAVE A REPLY