
Jakarta, BIZNEWS.ID - Menjelang HUT RI ke-80, wisata sejarah ke destinasi yang menjadi saksi bisu proses kemerdekaan Indonesia cocok menjadi pilihan kamu. Mendatangi destinasi wisata sejarah juga menjadi wujud untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah berjuang untuk menggapai kemerdekaan Indonesia hingga mencapai Indonesia maju, bersatu berdaulat, dan rakyat sejahtera.
Indonesia memiliki beragam wisata sejarah yang tersebar di berbagai kota. Setiap sudut negeri menyimpan sejarah dan nilai perjuangan yang sangat besar bagi kemerdekaan Indonesia. Dilansir dari kemenpar.go.id, Berikut ini adalah destinasi wisata sejarah, saksi perjuangan pahlawan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan dari tangan penjajah.
Tugu Proklamasi
Salah satu destinasi wisata bersejarah yang menjadi saksi perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah Tugu Proklamasi. Di masa kemerdekaan lokasi Tugu Proklamasi ini merupakan rumah dari Sang Proklamator, Ir. Soekarno. Di tempat inilah Ir. Soekarno, didampingi oleh Moh. Hatta, membacakan Naskah Proklamasi, sekaligus menjadi penanda kemerdekaan Indonesia.
Tugu Proklamasi dibangun di tanah kompleks Taman Proklamasi di Jl. Proklamasi, Jakarta Pusat, dahulunya adalah Jl. Pegangsaan Timur No. 56, rumah tinggal Bung Karno. Tugu ini diresmikan pada tanggal 17 Agustus 1972, oleh Menteri Penerangan saat itu Bpk. Budiardjo. Di antara yang hadir adalah mantan Wakil Presiden M. Hatta. Kemudian dilanjutkan oleh Presiden Soeharto pada 17 Agustus 1980, untuk meresmikan Monumen Proklamasi.
Rumah Rengasdengklok
Rumah Rengasdengklok adalah rumah seorang Tionghoa, Djiaw Kie Siong, yang berprofesi sebagai petani merupakan tempat bersejarah yang erat kaitannya dengan peristiwa penculikan Bung Karno dan Bung Hatta. Pada malam menjelang kemerdekaan Indonesia, tokoh golongan muda progresif Indonesia berinisiatif menculik Soekarno dan Hatta. Penculikan ini bertujuan untuk mencegah Soekarno Hatta dari pengaruh Jepang.
Selain itu, golongan muda juga mendesak Soekarno untuk segera mengumumkan kemerdekaan Indonesia melalui momen Rengasdengklok. Rumah ini dianggap aman karena saat itu Rengasdengklok merupakan wilayah kekuasaan tentara PETA dan jauh dari kekuasaan Jepang. Kasur yang digunakan oleh Soekarno dan Hatta beserta keluarganya masih terpajang di rumah tersebut. Saat ini, rumah singgah tersebut masih dimiliki oleh keluarga Djiauw Kie Siong.
Hotel Majapahit
Terletak di jantung Kota Surabaya, Hotel Majapahit yang dahulunya bernama Hotel Yamato ini menjadi saksi pertempuran heroik antara pemuda Surabaya dengan Belanda. Peristiwa ini juga yang menjadi cikal-bakal pecahnya peristiwa 10 November 1945, yang kini terus diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Kamu dapat mengikuti tur di dalam hotel bersejarah ini dengan durasi 30–40 menit. Segala cerita menarik tentang sejarah hotel di masa lalu, arsitekturnya yang ikonik hingga tamu-tamu legendaris serta momen-momen yang tak terlupakan diceritakan dengan menarik oleh pemandu yang berpengalaman. Jelajahi tempat-tempat yang paling fotogenik dan memiliki nilai sejarah, termasuk Flag Terrace yang terkenal, koridor Art Deco yang elegan, dan suite-suite yang pernah sering dikunjungi oleh tokoh-tokoh dunia.
Benteng Fort Rotterdam
Kendati dibangun berabad-abad silam, Benteng Fort Rotterdam masih berdiri gagah di tengah Kota Makassar. Keberadaan benteng ini tidak dapat dipisahkan dari kehadiran Kongsi Dagang Belanda (VOC) di Sulawesi. Dahulunya, Benteng Rotterdam difungsikan sebagai markas komando pertahanan, kantor perdagangan, hingga pusat pemerintahan Belanda di wilayah timur Indonesia.
Setelah beberapa kali beralih fungsi, kini Benteng Rotterdam menjadi salah satu objek wisata sejarah terbesar di Makassar. Koleksi menarik di Benteng Rotterdam adalah naskah La Galigo, yang diakui UNESCO sebagai Memory of The World.
Radio Republik Indonesia
Radio Republik Indonesia atau RRI punya peranan penting dalam menyebarkan kabar mengenai proklamasi. Tepatnya pada pukul 19.00, teks proklamasi dari Kantor Berita Domei (sekarang Kantor Berita Antara) sampai di tangan Joesoef Ronodipuro, Bachtiar Lubis, dan Suprapto. Joesoef Ronodipoero saat itu adalah penyiar radio Hoso Kyoku, radio milik Jepang di Jakarta.
Pengumuman dilakukan di bekas studio untuk siaran berita luar negeri yang tidak terpakai. Penyiaran dilakukan secara berulang sehingga dunia mengetahui bahwa Indonesia telah merdeka. Karena saat itu belum ada alat canggih untuk merekam suara. Suara asli proklamasi oleh Bung Karno sendiri justru baru direkam pada 1951.
Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende
Lahirnya Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia ini tidak bisa dilepaskan dari Kota Ende. Hal ini bukan tanpa alasan. Sebab, selama 4 tahun Bung Karno pernah “dibuang” ke Ende oleh pemerintah kolonial kala itu. Konon, Bung Karno mendapatkan inspirasi, ide, serta gagasan mengenai kebangsaan dan kebinekaan saat masa pengasingan di Ende. Khususnya dalam merumuskan Pancasila.
Destinasi wisata di Ende yang lekat dengan sejarah adalah Rumah Pengasingan Bung Karno. Pada 1934-1938, Bung Karno pernah diasingkan oleh Belanda ke Ende, karena berusaha membuat Indonesia merdeka. Rumah inilah yang menjadi tempat tinggal Bung Karno selama di Ende. Rumah Pengasingan Bung Karno mempunyai arti khusus bagi Indonesia. Karena berawal dari rumah ini Bung Karno menggali nilai-nilai luhur Pancasila. Memiliki nilai sejarah yang kental, Rumah Pengasingan Soekarno ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya Nasional, sesuai dengan Surat Keputusan bernomor 285/M/2014 pada 13 Oktober 2014.
Di dalam Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende, kamu masih bisa melihat beberapa peninggalan Bung Karno yang masih terawat dengan baik. Mulai dari ranjang, lemari, biola, lampu minyak, hingga peralatan masak yang dipamerkan. Itulah wisata sejarah Indonesia yang erat kaitannya dengan peristiwa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sebagai suatu bangsa yang besar selayaknya kita menghargai jasa pahlawan di masa lampau, salah satunya dengan mengunjungi destinasi-destinasi wisata sejarah tersebut.
Foto : disbudpar.sulselprov.go.id
LEAVE A REPLY